Tradisi Perang Tipat Bantal di Desa Kapal

Admin Wisata Bali

Tradisi Perang Tipat Bantal di Desa Kapal berlokasi di Mengwi, Kabupaten Badung Bali, Perang Tipat-Bantal adalah sebuah tradisi tahunan yang digelar sejak tahun 1337 oleh masyarakat lokal di Desa Adat Kapal.

Perang Tipat Bantal ini adalah tradisi yang tergolong unik yang dilakukan masyarakat di Desa Kapal , sesuai perintah (Bhisama) Kebo Iwa semenjak tahun 1341 Masehi yang merupakan ungkapan syukur warga kepada Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi atas rezeki dan nikmat yang telah diberikan, kepercayaan tersebut dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi dan sampai saat ini tradisi perang tipat bantal masih berlangsung sampai saat ini.

Tradisi Perang Tipat Bantal di Desa Kapal
Tradisi Perang Tipat Bantal di Desa Kapal

Ritual perang tipat bantal tahunan ini dilaksanakan atau berlokasi di Pura Desa Kapal. Ritual perang tipat bantal ini ditujukan kepada masyarakat Desa Kapal untuk melakukan “tajen pengangon” untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk umat manusia. Tradisi ini juga sering disebut “Aci Rah Pengangon” oleh masayarkat setempat. Ritual yang berlangsung di Pura Kapal ini diawali dengan upacara persembahyangan bersama yang dilakukan oleh seluruh warga desa. Pada upacara ini pemangku desa adat akan memercikan air suci untuk memohon keselamatan seluruh warga dan juga para peserta yang akan melakukan perang tipat bantal.

Para peserta Tipat Bantal perlahan akan melepas baju dan telanjang dada lalu mereka akan membuat dua kelompok dan berdiri saling berhadapan, lalu di depan mereka telah tersedia tipat (kertupat) dan juga bantal (jajanan khas bali). Setelah itu ketika aba aba telah dimulai para peserta Perang Tipat Bantal mulai melemparkan tipat dan bantal itu pada kelompok yang yang ada di depan mereka, suasana hiruk pikuk itu pun mulai terasa ketika tipat dan bantal mulai beterbangan di udara, lalu jika dirasa sudah cukup, Perang Tipat Bantal di hentikan sementara laluPerang Tipat Bantalpun dilanjut di jalan raya yang tak lain di depan pura, sama halnya seperti tadi, para pemain Perang Tipat Bantal akan membuat 2 formasi dan kembalilah Perang Tipat Bantal dimulai, kali ini suasananya lebih gempar karena para pemainnya melempar tipat bantalnya dengan membabi buta sambil berteriak dan bersorak

Perang Tipat Bantal ini akan semakin terasa menarik ketika para penonton yang berada di trotoar jalan juga ikut melempar tipat bantal, kadang para penonton akan terkena serangan tipat bantal yang entah datangnya darimana, jika terkena lemparan tipat atau bantal akan terasa sangat sakit, tapi tidak seorangpun yang merasa marah, karena perang tipat bantal ini dilakukan dengan suka cita .
“Tipat merupakan lambang feminim dan bantal merupakan lambang maskulin atau gentle man”. Maka dari itu perang tipat bantal ini bermakna bahwa pertemuan antara tipat dan bantal ini merupakan pertemuan antara laki laki dan perempuan ketika bertemu akan melahirkan kehidupan itulah kata bendesa Adat Kapal Anak Agung Gede Dharmayasa.

Bagikan:

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar