Festival Ogoh-ogoh Sebelum Nyepi di Bali

Admin Wisata Bali

Berbicara tentang Bali, yang terlintas di benak kita adalah alam nya yang indah, iya seperti yang kita ketahui bahwa  Bali memang sangat memiliki pesona alam yang begitu indah dan menawan. Namun, tahukah kalian disamping memiliki pesona alam yanag indah, Bali juga memiliki adat-istiadat, upacara keagamaan dan tradisi religius yang masih sangat kental dan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakatnya seperti upacara ngaben, upacara untuk hari raya nyepi dan lain sebagainya. Ya, menyinggung  mengenai hari raya nyepi, tentu saja yang terlintas dipikiran adalah ogoh-ogoh karena hari raya nyepi merupakan hari yang identik dengan festival ogoh-ogoh nya.

Ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh

 Tahukan kalian apa yang dilakukan oleh umat hindu dalam menyambut hari raya nyepi ? Ya, mari kita simak.  Menjelang hari raya nyepi, seluruh umat hindu khususnya yang ada di Bali akan melaksanakaan sejumlah ritual yang begitu khas dan begitu sakral dan menarik tentunya. Dimana ritual tersebut yang pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk penyucian diri dan ligkungan sekitarnya. Dua – empat hari sebelum melaksanakan hari raya nyepi, masyarakat bali akan menyucikan diri dan kepribadian nya di pura melalui upacara melasti. Namun, satu hari sebelum Hari raya nyepi masyarakat Bali akan melaksanakan ritual Buta Yadnya. Buta Yadnya merupakan rangkaian upacara untuk menghadang kehadiran Buta Kala yang merupakan manifestasi dari unsur-unsur negatif dan buruk dalam lingkugan hidup manusia. Ya , dalam rangkaian Buta Yadnya inilah akan digelar suatu festival yang merupakan tradisi umat hindu yaitu festival ogoh-ogoh, dimana festival ogoh-ogoh ini merupakan suatu festival tahunan yang semarak dan membara sehingga menjadi daya tarik pariwisata di Bali Khusus nya. ya , Didalam uapacara Buta Yadnya ini, pelaksanaan nya terdiri dari dua tahapan yaitu ritual mecaru (pecaruan) dan ngerupuk (pengrupukan). Mecaru merupakan upacara persembahan beranekaragam sesajian (caru) kepada sang Buta Kala. Upacara ini biasanya dilakukan ditingkatan keluarga, banjar, kecamatan, kabupaten, kota, hingga tingkat provInsi. Sedangkan ngerupuk (pengrupukan) adalah ritual berkeliling pemukiman atau mengelilingi area rumah sambil membawa bunyi-buyian  yang disertai dengan penebaran nasi tawur dan menyebarkan asap dupa atau obor secara beramai-ramai. Nah, ritual ngerupuk ini lah biasanya akan dilakukan bersamaan dengan arakan festival ogoh-ogoh dengan tujuan agar Buta Kala dan beserta segala unsur negatif lainnya agar menjauh dan tidak mengganggu kehidupan umat manusia.

Hari Raya Nyepi
Hari Raya Nyepi

Ogoh-ogoh merupakan patung yang menjadi simbol dari unsur-unsur negatif, sifat buruk, dan kejahatan yang ada disekeliling kehidupan manusia. Ya,  Patung yang menjadi simbol kejahatan tersebut dahulunya terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi dengan kertas. Namun, seiring berjalannya waktu ogoh-ogoh saat ini kebanyakan dibuat dengan bahan dasar styrofoam karena menghasilkan bentuk tiga dimensi yang lebih halus dan bagus. pada umumnya setiap tingkatan masyarakat dari level Banjar akan membuat ogoh-ogoh yang mencirikan milik wilayah mereka masing-masing. Kalangan remaja disuatu daerah pada umumnya menginginkan ogoh-ogoh daerahnya lebih unggul dari ogoh-ogoh milik daerah yang lain. Oleh sebab itu, selain sebagai bagian dari ritual tradisi, proses pembuatan ogoh-ogoh merupakan wadah pencurahan ide dan kreativitas masyarakat. Untuk mengarak ogoh-ogoh biasanya akan dikelola dalam sebuah kepanitiaan yang dibentuk oleh Sekaa Truna Truni ( karang taruna) di masing-masing Banjar. Pelaksanaan ritual ngerupuk dan pawai ogoh-ogoh ini akan berlangsung serempak sehari menjelang hari raya Nyepi atau pada tilem sasih kesanga disetiap Banjar seluruh Bali. Persiapan pawai ogoh-ogoh akan dimulai sejak sore hari dan pawai akan berlangsung hingga menjelang tengah malam. Pawai ogoh-ogoh biasa di iringi juga oleh musik tradisional Bali yaitu Gong dan Gamelan. Agar pawai dapat berlangsung dengan tertib, pemerintah Bali pun akan mengeluarkan kebijakan yaitu antara lain berupa penertiban rutepawai  diadakan, pemusatan titik keramaian, dan melombakan kreativitas desain ogoh-ogoh yang dibuat oleh masyarakat dimasing-masing Banjar. Ya, upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pergesekan atau keributan antar rombongan arak-arakan pawai ogoh-ogoh dari berbagai wilayah dan sekaligus mengemas ajang tahunan yang unik dan meriah dan yang menjadi suatu tontonan yang menarik bagi masyarakat pendatang, khususnya para Wisatawan. Baik Wisatawan Domestik maupun Wisatawan Mancanegara. Untuk wilayah Denpasar, festival pawai ogoh-ogoh ini dapat ditemukan di beberapa tempat. Salah satunya adalah di sekitar area patung Catur Muka Puputan, yang merupakan pusat dari alun-alun kota Denpasar. Dengan rute nya yaitu dari patung Catur Muka menuju ke Jalan Hasanuddin kemudian dilanjutkan ke Jalan M.H. Thamrin lalu menuju  Jalan Gajah Mada dan berakhir di Patung Catur Muka lagi. Selain itu, pemusatan keramaian pawai dari festival ogoh-ogoh ini juga diselenggarakan di Monumen Ground Zero,Kuta. Selain di kedua kawasan tersebut, pawai ogoh-ogoh juga dapat ditemukan di kawasan Renon. Pawai di kawasan renon ini berjalan melalui rute McDonal’s Sanur melalui Bypass Ngurah Rai kemudian berbelok ke arah Barat dan berakhir di Jalan Hang Tuah. Ya, pergelaran festival pawai ogoh-ogoh pun di padati oleh sejumlah masyarakat dan sangat ramai. Nah.  Jika dilihat dari pemaparan diatas, festival ogoh-ogoh ini sungguh merupakan festival yang menarik bukan ? ya , tentu  saja  menarik. Karena festival ogoh-ogoh ini hanya diadakan oleh masyarakat Bali saja.  So, bagi Anda yang ingin tahu tentang bagaimana festival ogoh-ogoh itu dilaksanakan, atau Anda masih penasaran sebenarnya ogoh-ogoh itu seperti apa sih? Ya , Kalian tidak perlu khawatir. Kalian bisa menyaksikan nya langsung pada Hari Raya Nyepi, tepatnya yaitu satu hari sebelum hari raya Nyepi. Come on guys jangan sampai terlewatkan yaa …

Bagikan:

Artikel Terkait

Tinggalkan komentar