Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Dimana unsur yang membentuk budaya biasanya adalah agama, adat-istiadat, tradisi, bahasa, pakaian dan lain-lain. Budaya itu sendiri juga merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dari diri manusia itu sendiri.
Nah, berbicara mengenai budaya dan tradisi, Bali juga memiliki budaya dan tradisi yang tidak bisa lepas dari masyarakatnya. Dimana tradisi ini juga memiliki makna tersendiri bagi masyarakatnya. Sebut saja tradisi Mekotek. Tahukah Anda apa itu tradisi Mekotek? Ya, Mekotek atau tradisi perang kayu merupakan salah satu tradisi yang ada di Bali dan masih berkembang hingga saat ini. Mekotek adalah salah satu tradisi tolak bala dari Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali . Mekotek sendiri diambil dari kata “ tek-tek” yang merupakan bunyi kayu yang di adu satu sama lain. Tradisi Mekotek ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memohon keselamatan. Tradisi mekotek ini juga dikenal dengan istilah ngerebek. Tradisi mekotek ini merupakan tradisi warisan Leluhur yang yang dilaksanakan turun menurun hingga saat ini oleh umat Hindu di Bali, khususnya pada masyarakat Bali di Desa Munggu ini. Untuk Sejarah dari tradisi mekotek ini yaitu tradisi mekotek ini pada awalnya dilakukan untuk menyambut para prajurit kerajaan Mengwi yang datang dengan membawa kemenangan atas Kerajaan Blangbangan di jawa dan kemudian menjadi tradisi yang dikembangkan hingga sekarang. Ya, pada masa pemerintahan Belanda pada tahun 1915, tradisi mekotek ini sempat dihentikan karena Belanda khawatir akan ada pemberontakan. Namun, ketika tradisi ini dihentikan banyak terjadi wabah penyakit yang menewaskan hingga 10 orang setiap harinya. Sehingga tradisi mekotek ini pun dilaksanakan lagi dengan tujuan untuk menolak bala. Nah, bagaimana dengan pelaksaannya? Untuk pelaksaannya. Mari kita simak bersama.
Mekotek atau perang kayu ini merupakan tradisi unik yang ada di Desa Munggu. Ya, perang tak selalu menimbulkan permusuhan dan korban jiwa. Inilah kalimat yang menggambarkan dari tradisi Grebek Mekotek atau perang kayu yang selalu diadakan oleh warga Desa Munggu ini. Perang ini merupakan perang yang berbeda dari perang lain pada umumnya. Ya, dalam perang ini, tidak ada senjata tajam untuk alat perang dan tidak ada penyerangan dari satu sama lain.
Tradisi mekotek ini biasanya dilaksanakan setiap 6 bulan sekali atau 210 hari sekali (berdasarkan kalender Hindu) yaitu pada hari sabtu kliwon kuningan dan tepat pada hari raya Kuningan atau 10 hari setelah hari raya Galungan. Ya, pada pelaksanaanya seribu lebih warga dari 12 Banjar di Desa Munggu akan ikut serta dalam tradisi yang diwariskan saat perayaan kemenangan perang blambangan pada masa kerajaan silam ini. Dahulu pelaksanaan tradisi mekotek ini menggunakan sebuah besi yang memiliki maksud untuk memberikan semangat juang terhadap medan perang atau dari medan perang, namun karena banyak peserta yang terluka, maka tombak dari besi tersebut digantikan dengan sebuah kayu. Nah, dalam pelaksanaan nya ini, setiap warga yang mengikuti tradisi diwajibkan untuk membawa kayu sejenis puletang panjang nya 2 hingga 3,5 meter, dan akan menggabungkan kayu-kayu tersebut hingga membentuk kerucut atau piramid nantinya. Warga kemudian terbagi dalam beberapa kelompok, dimana di masing-masing kelompok biasanya terdiri sekitar 50 orang . peserta yang ikut biasanya dari umur 12 tahun hingga 60 tahun. Ya, Para peserta yang mengikuti acara ini juga diwajibkan untuk mengenakan pakaian adat madya Bali yaitu kancut dan udeng batik dan berkumpul di pura Dalem Gede Munggu. Setelah berkumpul mereka akan melakukan upacara persembahyangan dan ucapan rasa syukur dan terima kasih atas hasil perkebunan. Setelah melakukan upacara persembahyangan tersebut, seluruh peserta mekotek ini akan melakukan pawai menuju sumber air di Kampung Munggu. Kepada masing-masing kelompok yang sudah memiliki anggota kelompok, mereka akan mengadu tongkat kayu yang dibawanya itu keatas untuk menjulang keatas ke udara hingga memebentuk kerucut atau piramid. Bagi peserta yang memiliki nyali atau tekad keberanian, Ia akan naik ke puncak dari kumpulan ujung tongkat kayu tersebut dan berdiri diatas kayu-kayu tersebut dan memberikan komando semangat untuk anggota kelompoknya. Komando yang diberikan oleh orang yang berada dipuncak tongkat adalah komando untuk menabrak kumpulan tongkat dari lawan atau kelompok yang lainnya. Dalam pelaksanaan nya, tradisi mekotek ini biasanya di laksanakan dengan diiringi musik gamelan untuk menyemangati para peserta mekotek itu sendiri. Ya, walau cukup membahayakan tetapi acara ini cukup menyenangkan. Sering pula peserta terjatuh karena susah untuk mecapai kepuncak tongkat. Tetapi semua bergembira, senang, dan tidak ada amarah. Wah, sungguh acara yang unik dan menarik bukan? Ya, tentu saja. Nah, Keunikan tradisi ini pun sering dijadikan sebagai tontonan wisata oleh Wisman yang kebetulan berkunjung ke Bali. Nah, bagi Anda yang sedang berliburan ke Bali dan tepat pada saat hari raya kuningan, jangan lupa untuk menonton acara mekotek ini ya. Seru lho, jangan sampai terlewatkan ya guys …